Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Pergi atau Tetap Tinggal (2)

             Tetapi dari setiap kekurangan yang dia punya. Dari setiap kesalahan yang telah diukirnya dihidupku. Dia pun telah menciptakan beragam warna di dalam hati dan pikiranku yang membuatnya menjelma menjadi pelangi di dalam hidupku. Senyumannya, canda-tawanya, manjanya dikala sakit, caranya untuk membuatku tersenyum dan tertawa selalu, perhatiannya, mungkin semua hal itu yang mampu untuk selalu menghancurkan setiap rasa amarahku padanya. Pengertian. Mungkin juga karena itu.             Dulu, diawal kami pacaran. Mama aku tidak menyetujui hubungan kami. Entah karna hal apa. Aku memilih untuk menyembunyikan hal itu darinya dulu. Sampai akhirnya suatu saat aku pun mengatakan hal itu kepadanya. Dia kecewa. Seketika sifatnya mulai berubah. Tidak seperti biasanya. Menghilang tanpa kabar. Setiap pesan singkat yang aku kirim pun slalu terlambat dibalasnya. Sampai suatu ketika. Dia mengirimkan aku pesan singkat. Yang berisikan harapannya untuk mengakhiri hubungan ini. Aku kecewa. Sed

Pergi atau Tetap Tinggal (1)

                Ini kedua kalinya aku mendengar dentangan jam di ruang perpustakaan ini. Dan orang yang berjanji untuk hadir dari satu jam yang lalu belum juga hadir. 15 menit lagi kelas aku akan dimulai. Aku mulai merapikan buku-buku yang berserakan di meja tempat aku duduk. Perlahan tapi pasti. Aku lelah menunggu ketidakpastian yang terlalu sering dia janjikan, walau cendrung selalu dia ingkari. Namun cinta tetap membuatku terus bertahan dan mengerti akan setiap alasan-alasan yang dia hadirkan.                 “tumben kamu lama masuk, sin? Gak biasanya gini? Lagi sakit atau gimana?”                 “enggak. Tadi aku nungguin Ryan di perpus. Dia minta aku bantuin buat makalahnya tentang kebudayaan masyarakat Indonesia dari Yogya. Tapi udah dua jam aku nungguin dia. Dia enggak datang juga.”                 “udah di telpon atau sms?”                 “enggak, jangan ah. Aku takut dia lagi sibuk, mungkin enggak bisa diganggu.”                 “hmm, sabar ya sintya”pelukn

Kita

Kita Entah karna apa. Dan entah kenapa. Tiba-tiba kamu tega mengirimkan aku pesan singkat yang berisikan tentang permintaanmu kepadaku agar hubungan kita berakhir. Sakit. Terlalu sakit sehingga airmataku pun tertahan. Dia tlah lelah untuk mengalir lagi. Kamu terlalu sering mendorongnya keluar belakangan ini. Yang hal itu cendrung tak kamu sadari. Aku mencinntaimu. Aku memperjuangkanmu. Menutupi segala penolakan yang ada di dalam hubungan kita. Agar kita tetap bisa bertahan dengan kondisi apa pun. Namun kamu tak melihat perjuanganku. Atau mungkin kamu tak menyadarinya? Sekarang semua tlah menjadi sia-sia. Apa yang aku perjuangkan waktu itu. Kini hanya menjadi kenangan. “Pengalaman”. Itu ucapku disetiap orang-orang menanyakan perasaanku tentang tindakkanmu. Yang memutuskan aku tanpa alasan yang pasti aku sendiri tak tahu. Aku tak ingin kamu terlihat bersalah. Begini pun aku tetap membelamu. Aku tak ingin orang-orang membencimu. Andai waktu dapat berbalik untuk kita. Aku tak ingin or

Diam

Diam Andai tuhan memberikan aku sebuah permintaan terakhir. Aku pastikan meminta seribu kesempatan. Yang akan selalu ku isi dengan kamu, kamu, dan kamu.                 Mata saling menatap. Hati saling mencinta. Namun bibir tetap trus terkatup. Entah sampai kapan. Jantungku trus menghujam. Berusaha untuk mendorongku agar mengungkap apa yang selama ini tlah ku pendam sendiri. Namun ego lebih kuat. Ketakutan membuatku terperanjat dan memintaku untuk terus diam. Karna keadaanmu yang kini tlah menjadi kekasih orang lain.                 Aku ke barat. Kamu ke timur. Kita tidak pernah mempertemukan arah yang sama agar kita bisa tanpa sengaja benar-benar bertemu. Tanpa rencana. Ingin rasanya berselisihan disampingmu. Melihat lekat setiap lekukan wajahmu disampingku, walau hanya sesaat. Sesaat, namun penuh makna. Aku lelah bila harus pura-pura melihat kelain arah setiap kali mata kita harus saling bertatap. Aku lelah pura-pura tidak melihatmu, setiap kali mata kita bersatu diantara k

When This Rain is My Tears

Hujan dan cinta. Adakah yang pernah berpikir kalau hal itu akan saling berkaitan pada akhirnya dihidup kita? Mungkin tak seorang pun pernah memikirkannya. Kecuali aku. Aku pernah berpikir kalau kita seperti dua cermin yang saling bertatap. Kita memiliki sejuta persamaan. Namun tidak tentang cinta. Karna disaat aku berpikir bila cintaku adalah kamu. Kamu malah berpikir kalau cintamu adalah dia. Iya. Dia. Seseorang yang kamu kenal, setelah beberapa lama kita tlah mengenal sebelumnya. Aku tak perlu menyebutkan dia siapa. Aku tak ingin semakin membuat goretan-goretan ini semakin terukir jelas dihati ini. Cukup atas rasa sakit yang kemarin tlah kau oreskan didalam hati ini. Karna sampai sekarang pun aku berani bersumpah. Kalau kamu tak pernah tau bila perlakuanmu kemarin tlah membuat luka lebar di hati ini. Sakit. Perih. Aku tak tau. Bila harus dibawa ke dalam ilmu medis. Harus dijahit hingga berapa jahitan luka ini agar benar-benar sembuh. Entah kapan luka ini bisa kering. Aku l

Sampai Kapan?

  Air mengalir, udara berhembus. Rintikan hujan pun mulai membasahin kekeringan. Daun-daun kuning pun kini telah menunjukan kesegarannya kembali. Takdir. Iya, takdir. Semua hal itu terjadi dikarnakan halnya takdir. Seperti layaknya cinta. Mengalir di dalam hati hingga menjalar ke bagian otak dan   mempengaruhi seluruh organ lainnya untuk ikut berpengaruh kedalamnya. Cinta. Kata yang sederhana, namun dapat member pengaruh besar. Karnanya kita tersenyum, karnanya kita tertawa, karnanya juga air mata harus mengalir di pipi yang seharusnya tak layak untuk terjadi.             “jadi, bagaimana hubunganmu dengan pacarmmu sekarang?”             “baik-baik aja. Dia orang yang asik, mampu melengkapi aku, gak macem-macem. Dan dia selalu ada buat aku, kapan pun aku mengharapkan kehadirannya.”             “jadi ceritanya kamu udah melupakan si mahasiswa yang dulu kamu agung-agungkan itu, fa?”             “mungkin…”             “mungkin? Jadi kau masih mengharapkan hadirnya

Friend Never End(Lagi)

              Aku bisa pastikan, nanti… waktu kaki kita mulai menapakkan langkahnya di lingkungan kampus. Kita gak akan pernah menemukan keceriaan, solider, lucu, ketawa gembira yang kayak di XII IPA1.           Sedihlah rasanya. Phobia kali jadi rasanya sama yang namanya perpisahan. Gak aka nada lagi orang yang kocak kayak yani regar ya kan? Yang kayak anak-anak layaknya rina. Yang layas sok ganteng kayak dede. Yang selalu ngaku adeks kayak minda. Yang tinggi jangkung kayak rizki. Yang behel mania kayak putriani, rini, dan fairuz. Yang kadang tegas kayak bagus. Yang pendiam badai kayak suriyani Fatimah. Banyak kali lah… nyesek jadinya…           Yang gilak minta maaf kayak rere. Yang comek kayak faris baba.  Yang manggil faris baba comek kayak puput. Yang rada menclek kayak mahdi. Yang ceplas ceplos kayak debby ayu. Yang selalu asik bicara kayak icut. Yang suka nyomot makanan orang kayak ocha. Yang rada narsis kayak manda. Intinya setiap orang, punya kenangan masing masing di di

Friend Never End

            Taukan, sekarang bulan berapa? Dan waktu kita untuk bernafas diudara yang sama tak lagi lama. Dua tahun diatap yang sama selama 6jam itu bukan waktu yang singkat. Udah pasti banyak suka dan dukanya. Banyak tengkar dan tertawanya. Ada nangisnya juga. Marah-marahan. Udah deh.. gak perlu dijelasin panjang lebar. Kita yang sering disebut-sebut guru sebagai kelas unggulan, karna kita hidup dikelas IPA1. Dan sering juga kita juluki GEOMETRIS, terdiri dari 31 orang yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ada 7 orang cowok ganteng dan 24 cewek manis.             Kehidupan bersama kita berawal pada bulan Juli 2012. Pada awal masuk kkelas itu. Kita semua belum saling kenal. Belum saling akrab. Cuma sekedar tau nama panggilan masing-masing. Ada salah satu teman cewek kita dikelas itu yang agak menonjol. Anaknya cantik, tapi rada tomboy, suka nyeplos aja, tapi asik. Namanya Debby Ayu :D waktu itu teman sebangku dia M Dede Yusuf. Tau lah, dede gimana orangny