Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Pergi atau Tetap Tinggal (2)

             Tetapi dari setiap kekurangan yang dia punya. Dari setiap kesalahan yang telah diukirnya dihidupku. Dia pun telah menciptakan beragam warna di dalam hati dan pikiranku yang membuatnya menjelma menjadi pelangi di dalam hidupku. Senyumannya, canda-tawanya, manjanya dikala sakit, caranya untuk membuatku tersenyum dan tertawa selalu, perhatiannya, mungkin semua hal itu yang mampu untuk selalu menghancurkan setiap rasa amarahku padanya. Pengertian. Mungkin juga karena itu.             Dulu, diawal kami pacaran. Mama aku tidak menyetujui hubungan kami. Entah karna hal apa. Aku memilih untuk menyembunyikan hal itu darinya dulu. Sampai akhirnya suatu saat aku pun mengatakan hal itu kepadanya. Dia kecewa. Seketika sifatnya mulai berubah. Tidak seperti biasanya. Menghilang tanpa kabar. Setiap pesan singkat yang aku kirim pun slalu terlambat dibalasnya. Sampai suatu ketika. Dia mengirimkan aku pesan singkat. Yang berisikan harapannya untuk mengakhiri hubungan ini. Aku kecewa. Sed

Pergi atau Tetap Tinggal (1)

                Ini kedua kalinya aku mendengar dentangan jam di ruang perpustakaan ini. Dan orang yang berjanji untuk hadir dari satu jam yang lalu belum juga hadir. 15 menit lagi kelas aku akan dimulai. Aku mulai merapikan buku-buku yang berserakan di meja tempat aku duduk. Perlahan tapi pasti. Aku lelah menunggu ketidakpastian yang terlalu sering dia janjikan, walau cendrung selalu dia ingkari. Namun cinta tetap membuatku terus bertahan dan mengerti akan setiap alasan-alasan yang dia hadirkan.                 “tumben kamu lama masuk, sin? Gak biasanya gini? Lagi sakit atau gimana?”                 “enggak. Tadi aku nungguin Ryan di perpus. Dia minta aku bantuin buat makalahnya tentang kebudayaan masyarakat Indonesia dari Yogya. Tapi udah dua jam aku nungguin dia. Dia enggak datang juga.”                 “udah di telpon atau sms?”                 “enggak, jangan ah. Aku takut dia lagi sibuk, mungkin enggak bisa diganggu.”                 “hmm, sabar ya sintya”pelukn

Kita

Kita Entah karna apa. Dan entah kenapa. Tiba-tiba kamu tega mengirimkan aku pesan singkat yang berisikan tentang permintaanmu kepadaku agar hubungan kita berakhir. Sakit. Terlalu sakit sehingga airmataku pun tertahan. Dia tlah lelah untuk mengalir lagi. Kamu terlalu sering mendorongnya keluar belakangan ini. Yang hal itu cendrung tak kamu sadari. Aku mencinntaimu. Aku memperjuangkanmu. Menutupi segala penolakan yang ada di dalam hubungan kita. Agar kita tetap bisa bertahan dengan kondisi apa pun. Namun kamu tak melihat perjuanganku. Atau mungkin kamu tak menyadarinya? Sekarang semua tlah menjadi sia-sia. Apa yang aku perjuangkan waktu itu. Kini hanya menjadi kenangan. “Pengalaman”. Itu ucapku disetiap orang-orang menanyakan perasaanku tentang tindakkanmu. Yang memutuskan aku tanpa alasan yang pasti aku sendiri tak tahu. Aku tak ingin kamu terlihat bersalah. Begini pun aku tetap membelamu. Aku tak ingin orang-orang membencimu. Andai waktu dapat berbalik untuk kita. Aku tak ingin or