Langsung ke konten utama

Shape Of My Heart



"Boleh sharing mejanya gak? Semua meja sudah terisi" ucapmu sembari membawa segelas coffee dingin.

*
Saat ini, entah mengapa waktu terasa begitu cepat berlalu. Terasa baru minggu lalu aku menjalani ulangan akhir semester ganjil. Sekarang udah ulangan semester genap aja. Dan sebentar lagi juga aku harus memulai kisah akhir dunia perkuliahanku. Skripsi.

"Sumpah ya.. giliran aku gak belajar aja, tu dosen matanya lekat banget di wajah aku. Berasa punya utang kagak dibayar-bayar deh"

"Lah siapa yang suruh kamu gak belajar, rea. Udah tau hari ini kita bakalan ulangan sintaksis. Dosennya killer. Masih aja gak belajar" sambutku.

"Aku sih gak heran ya kalo kamu, re. Kalo gak terlambat masuk kelas. Ya gini.. gak belajar"sambung wina.

"Udah ah. Makan yuk. Aku lapar banget nih. Dari pagi belum ada sarapan. Makan dimana ya? Eh, rasti. Tumben-tumbenan diam"

Kami saling lihat-lihatan satu sama lain. Karena biasanya, kalo rasti diam begitu. Pasti dia..

Bruut.

"Wee aku ke toilet dulu yah" rasti lari dengan kecepatan cahaya meninggalkan kami dan seluruh barang-barangnya dikelas.

"Eeh.. dasar rasti rasti. Jorok banget sih"hujat melisa kesal.

Bukan kali pertama atau kedua. Ini kesekian kalinya. Dari awal semester kami mengenalkan. Kalau rasti udah diam seribu bahasa. Sudah pasti ada panggilan mendadak. Kami selalu tertawa terpingkal-pingkal melihat tingkah rasti yang satu ini.

"Kita duluan ke kantin aja deh. Rasti paling ntar nyusul. Aku udah lapar banget nih. Serius deh"keluh rea lagi.

"Yaudah yuk. Kamu yang bawain barang dia nih"timpal aku, melisa dan wina pada rea.

"Iya deh iya. Selalu aku kalau udah yang bagian beginian"

Kami pun meninggalkan kelas dan berjalan ke kantin kampus. Tetapi.. dikampus kami. Ada 5 kantin di dalam fakultas ini. Dan yang selalu kami ribetin disetiap harinya adalah...

"Hari ini kita makan dimana?" Langkah rea terhenti pas di depan tangga gedung yang tadi kami pakai.

"Terserah. Aku ngikut aja deh dimana"

"Iya aku juga terserah" wina menaik turunkan bahunya.

"Kamulah. Kan kamu yang ngajak makan. Pengen makan dimana?" Melisa mencoba memberi solusi.

"Hmm.. dimana ya? Di kantin parwis, enak sih cappucinonya. Tapi pasti rame kali sama abang-abang parwis yang ganteng. Gak usah deh. Kalau di kantin arab, mahal banget. Sepertinya hari ini kurs lagi naik disitu. Kalau di kantin sastra, disitu makanannya lama banget datangnya. Aku udah lapar banget ini. Kalau dikantin mami, aku takut jumpa sama majron. Kalau di kak minah, kadang kurang garam makanannya"

"Astaga rea.. mau makan doang hidupmu ribet banget dah" emosi melisa mulai muncul.

"Bingung wee" wajah rea memelas.

Aku, wina dan melisa melanjutkan langkah kaki kami tanpa mempedulikan rea lagi. Hingga akhirnya kami makan dikantin dimana ada makanan yang bisa di makan.

"Wee.. aku takut deh majron makan disini juga"keluh rea lagi.

Namun kami hanya diam pura-pura tidak mendengar apa pun. Menikmati makanan kami masing-masing. Dan segelas teh manis dingin yang terasa segar membasahi tenggorokan diteriknya matahari siang ini.

"Wee.. buruan yuk makannya" rea kembali mengeluh.

"Eh.. kalian tau gak tentang cerita kalau kampus kita ini angker?" Tukasku.

"Tau.. tau.." wina dan melisa menyambung dengan lugas.

"Apa ada yang gentayangan ya siang-siang gini? Dari tadi ada suara orang bicara. Tapi siapa ya?" Lagak ku sambil melihat-lihat ke atas langit-langit ruangan kantin.

"Eh nauzubillah yaAllah.. gitu amat sih, gez"

"Nah kan.."

"Wee" tiba-tiba rasti datang sembari menepuk pundak rea hingga dia terkejut dan menumpahkan segelas teh manis dinginnya.

"Astaga rasti.. buat aku kaget aja. Ganti ini teh aku"

"Enak aja. Siapa suruh kamu kaget. Kalian kemana aja sih? Udah aku gak bawa handphone. Syukur tadi  reza dan teman-temannya melihat kalian waktu mau kesini dan aku melihat mereka saat mencari kalian"

"Elah ras.. udah? Udah lega?"

Rasti hanya cengengesan.

"Oiya, nanti sore jam 3 kita latihan ya. Jangan lupa loh" sambung rasti lagi.

"Kamu ikut nanti ke tempat kami latihan, gez? Atau hari ini ada jadwal latihan basket?" Tanya wina padaku.

"Sepertinya enggak bisa main ke tempat kalian latihan. Tapi hari ini aku juga gak ada jadwal latihan basket sih" jawabku.

"Jadi mau kemana?" Rea dan rasti kompak.

"Masih juga jam 3, gez. Gagang pintu ngetawain kamu loh ntar kalo jam segitu udah pulang" timpal melisa.

"Hmm..."aku hanya tersenyum.

"Apaan sih senyum-senyum begitu. Gak jelas nih" komentar rea dengan kesalnya.

"Gak ada. Udah lama gak ngopi. Me time. Gak apa-apa yaa wee?"

"Oooh..." saut mereka dengan kompaknya.

"Gak apa-apa, mana tau waktu ngopi jumpa abang ganteng." Jawab wina

"Biar cepat move on dari mas tiiiit" rea menambahi.

"Apaan sih. Pikirkan judul skripsi. Semester depan udah harus ambil konsentrasi, kan? Jangan abang ganteng muluuu.. huh"

Ketawa pecah menambahi ramainya suara kantin.

***
Aku memandang langit biru di sebuah pelataran. Gedung kampus ini memang mengizinkan mahasiswanya untuk bersantai-santai di atap. Sehingga tempat ini menjadi salah satu tempat favorit bagi para muda-mudi yang tengah asik menghabiskan waktunya di kampus. Tak perlu membayangkan atap yang panas dengan terik mataharinya, di atap ini cukup nyaman dengan beberapa gazebo yang menghadap langsung ke arah gedung-gedung pencakar langit lainnya. Di ujung timur, ada musholah yang dikala ashar berkumandang, menghadap langsung ke arah matahari jingga yang teduh menyinari sujud para wajah yang menghadap ke bumi.

"Boleh sharing mejanya gak? Semua meja sudah terisi" ucapmu sembari membawa segelas coffee dingin.

Lamunanku terpecah. Wajahmu terlihat samar karena berdirimu melawan cahaya.

"Iya, boleh. Silahkan aja"

"Kamu sendirian aja? Atau lagi nungguin seseorang?" kamu membuka percakapan.

"Iya, aku sendirian aja. Gak lagi nungguin siapa-siapa juga. Just wanna waste my time"

"Ooh.. okey. Ohiya, aku Azkha. Dian Azkha. Terkadang teman-teman juga manggil aku diaz"

"Aku Gezsa."




 Segala yang terjadi dibumi ini, 
Ada sebuah alasan tersirat didalamnya.
Termasuk disaat aku dan kamu bertemu.
Mungkin hanya sekedar melintas.
Atau sebagai petunjuk arah kemana harus pulang.


Shape of My Heart (Retorika)


To be continue

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hey Ers💛

Aku benci setiap kali harus pulang setelah perjalanan panjang yang kita lalui bersama Aku benci sore Aku benci waktu yang berlalu begitu cepat ketika kita sedang bersama Bby, ingin ku sederhana. Harapku tak muluk muluk. Aku telah ingin pulang bersamamu Hidup di satu ruang yang sama Mencintaimu dengan utuh Tanpa jeda Spasi Atau pun jarak. Ku harap sang pencipta rasa yang ada di dada kita sekarang. Akan mendengarnya. Lalu menyegerakan kita untuk segera bersama. Dengan halal. Sayangmu ini, selalu menyayangimu bby. 💋

Friend Never End

            Taukan, sekarang bulan berapa? Dan waktu kita untuk bernafas diudara yang sama tak lagi lama. Dua tahun diatap yang sama selama 6jam itu bukan waktu yang singkat. Udah pasti banyak suka dan dukanya. Banyak tengkar dan tertawanya. Ada nangisnya juga. Marah-marahan. Udah deh.. gak perlu dijelasin panjang lebar. Kita yang sering disebut-sebut guru sebagai kelas unggulan, karna kita hidup dikelas IPA1. Dan sering juga kita juluki GEOMETRIS, terdiri dari 31 orang yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ada 7 orang cowok ganteng dan 24 cewek manis.             Kehidupan bersama kita berawal pada bulan Juli 2012. Pada awal masuk kkelas itu. Kita semua belum saling kenal. Belum saling akrab. Cuma sekedar tau nama panggilan masing-masing. Ada salah satu teman cewek kita dikelas itu yang agak menonjol. Anaknya cantik, tapi rada tomboy, suka nyeplos aja, tapi asik. Namanya Debby Ayu :D waktu itu teman sebangku dia M Dede Yusuf. Tau lah, dede gimana orangny

Pergi atau Tetap Tinggal (2)

             Tetapi dari setiap kekurangan yang dia punya. Dari setiap kesalahan yang telah diukirnya dihidupku. Dia pun telah menciptakan beragam warna di dalam hati dan pikiranku yang membuatnya menjelma menjadi pelangi di dalam hidupku. Senyumannya, canda-tawanya, manjanya dikala sakit, caranya untuk membuatku tersenyum dan tertawa selalu, perhatiannya, mungkin semua hal itu yang mampu untuk selalu menghancurkan setiap rasa amarahku padanya. Pengertian. Mungkin juga karena itu.             Dulu, diawal kami pacaran. Mama aku tidak menyetujui hubungan kami. Entah karna hal apa. Aku memilih untuk menyembunyikan hal itu darinya dulu. Sampai akhirnya suatu saat aku pun mengatakan hal itu kepadanya. Dia kecewa. Seketika sifatnya mulai berubah. Tidak seperti biasanya. Menghilang tanpa kabar. Setiap pesan singkat yang aku kirim pun slalu terlambat dibalasnya. Sampai suatu ketika. Dia mengirimkan aku pesan singkat. Yang berisikan harapannya untuk mengakhiri hubungan ini. Aku kecewa. Sed